Dalam Wafa’ al-Wafa’ karangan al-Allamah al-Samhudi dijelaskan, “Tidak diragukan akan masih hidupnya beliau setelah beliau meninggal, begitu juga para Nabi yang lain masih hidup didalam kubunya dengan hidup yang lebih sempurna dari hidupnya para syuhada’ yang telah diberitakan oleh Allah ta’ala dalam kitab-Nya, dan Sayidina Muhammad SAW adalah penghulunya para syuhada’ dan amal mereka berada didalam timbangan beliau. Beliau SAW telah bersabda,
عِلْمِي بَعْدَ وَفَاتِي كَعِلْمِي فِي حَيَاتِي
“Pengetahuanku setelah aku meninggal adalah seperti pengetahuanku disaat aku masih hidup.”
Dalam Tafsir al-Mudzhiri dijelaskan, bahwa kehidupan para Nabi lebih kuat dari mereka (syuhada’) dan lebih terlihat pengaruhnya diluar, sampai tidak diperbolehkan untuk menikahi istri-istri Sayidina Muhammad saw setelah beliau meninggal, berbeda dengan para syuhada’. Dan al-Shiddiqiin lebih tinggi derajatnya dari para syuhada’ dan orang-orang sholeh, seperti yang telah ditunjukan oleh urutan ayat,
مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَ الصَّدَّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّلِحِيْنَ
“… yaitu para nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh.”
Rasulullah SAW bersabda,
اَلْأَنْبِيَاءُ اَحْيَاءٌ فِي قُبُورِهِمْ يُصَلُّونَ
“Para nabi masih hidup didalam kuburnya. Mereka shalat..”
Maka menjadi maklum jika banyak ulama yang benar-benar membuktikan sehingga berpendapat dengan pendapat pertama dan kedua.
Tetapi penulis bermaksud menasihati diri dalam hal ini adalah betapa mulianya Sayidina Muhammad saw dan orang-orang yang mampu melihatnya, atau setidaknya yang mampu melihat dalam mimpinya. Kejarlah ini semua dalam hidup kita dengan mengikutinya. Karena ruh-ruh akan berdekatan satu sama lain ketika sama-sama memiliki frekuensi yang sama.
“Ruh-ruh itu seperti tentara yang berhimpun yang saling berhadapan. Apabila mereka saling mengenal maka akan saling bersatu, dan apabila saling berbeda maka akan tercerai-berai.” (al Hadits)
Semoga kita terhimpun dalam satu panji yang sama, panji Sayidina Muhammad saw, Aamiin.
Pada
September 13, 2017
0 komentar untuk Yang Memimpikan Itu, Benar-Benar Ia MelihatNya (Part 2)